MANUSIA DAN KEINDAHAN
BAB I
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata indah
baik itu hasil karya seni manusia maupun hasil dari ciptaan Tuhan. Misalnya
seperti ukiran – ukiran, pahatan yang di hasilkan oleh para seniman, dan
pemandangan, bentuk muka, dan suara yang merdu sebagai ciptaan tuhan. Tak dapat
kita pungkiri keindahan akan selalu terikat dalam kehidupan manusia dan tidak
akan dapat terpisahkan dengan kehidupan manusia. Baik oleh ruang maupun waktu,
pasti keindahan akan selalu kita rasakan.
Keindahan bersifat umum atau universal. Dimana
nilai–nilai keindahan bersifat relatif
bagi masyarakat, hal ini dikarenakan selera masing-masing orang berbeda-beda.
Misalnya model baju pada fashion terbaru yang mungkin sedikit membuka aurat.
Hal ini akan terlihat indah bagi orang-orang yang cinta akan mode fashion,
namun sebaliknya bagi para ulama hal ini tidak indah karena memperlihatkan
aurat yang melanggar syari’at agama.
Sebenarnya apa itu arti dari keindahan ? apa nilai dari sebuah keindahan
(estetika) ? dan apakah alasan manusia menciptakan suatu keindahan ?
- Arti Keindahan
Bicara tentang keindahan mau tak mau kita harus menengok
jauh kebelakang yaitu kejaman Yunani Kuna, abad ke-18. Pada saat itu pengertian
keindahan telah dipelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam
bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu di
terjemahkan dengan kata “beautiful”, perancis “beau”, itali dan Spanyol
“bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah
“bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi
“bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.[1]
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara
keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak dan sebagai sebuah benda yang
indah, untuk membedakan keduannya dalam bahasa inggris sering digunakan istilah
“beauty” (keindahan) dan “The beautiful”(benda atau hal yang indah).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus
benar atau elok[2].
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian :
1. Keindahan dalam arti luas.
2. keindahan dalam arti estetik murni.
3. keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan pengelihatan.
The Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti
luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang
indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Platinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan
yang indah. Orang Yunani berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan
adat kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian
keindahan dalam arti estetik disebutnya “symmetria” untuk keindahan berdasarkan
pengelihatan (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan “harmonia” untuk keindahan
berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
- Keindahan
seni
- Keindahan
alam
- Keindahan
moral
- Keindahan
intelektual.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman
estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang di serapnya.
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang
lebih disempitkan sehingga hanya
menyangkut benda-benda yang dapet diserap dengan pengelihatan, yakni
merupakan keindahan bentuk dan warna.
Dari pengertian yang berbeda-beda ini dapat kita
simpulkan bahwa pada dasarnya keindahan itu adalah sejumlah kualitas pokok
tertentu yang terdapat pada suatu hal. Dan kualitas yang paling sering di sebut
adalah kesatuan, keseimbangan, dan kebalikan.
- Makna Keindahan
Keindahan atau estetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti merasakan to
sense atau to percieve. Keindahan secara akademis sudah di kaji manusia sejak
abad ke delapan belas, ketika para filsuf banyak tertarik untuk mengembangkan
estetika, dan salah satu cabang dari filsafat yang dibicarakan adalah tentang
keindahan.
Berikut
ini merupakan beberapa persepsi tentang keindahan :[3]
1.
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan
rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy).
2.
Keindahan adalah keseluruahan yang merupakan susunan
yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau
dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their
manual relations an in their relation to the whole (Baumgarten).
3.
Yang indah hanyalah yang baik. jika belum baik
ciptaan itu belum indah. keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi
ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat
digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4.
Keindahan dapat terlepas sama sekali dari
kebaikan (Winchelmann).
5.
Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang
harmonis. karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat
disamakan dengan kebaikan, Jadi yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah
yang baik (Shaftesbury).
6.
Keindahan adalah salah satu yang dapat
mendatangkan rasa senang (Hume).
7. Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu
adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan
pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhius).
Dari beberapa persepsi diatas dapat kita kelompok-kelompokkan sesuai dengan
kecenderungan ataupun arah dari pendapat-pendapat tersebut yaitu[4] :
1.
Pengelompokan
pengertian keindahan berdasar pada titik bijak atau landasannya. Dalam
hal ini ada dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu subyek dan objek.
Pertama, keindahan yang memang ada pada objeknya sementara kita sebagai
pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Kedua disebut keindahan subyektif
adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang melihat dan
menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (subyek) tanpa
dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan-kebutuhan
pribadi si penghayat.
2.
Pengelompokan pengertian keindahan dengan
berdasar pada cakupannya. Berdasarkan pengelompokan ini kita bisa membedakan
antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda
tertentu yang memang indah.
3.
Pengelompokan pengertian keindahan berdasar
luas sempitnya. Berdasarkan pengelompokan ini kita bisa membedakan antara
pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti
yang terbatas. Keindahan dalam arti luas menurut The Liang Gie mengandung
gagasan tentang kebaikan, Misalnya dari pemikiran Plato yang menyebut adanya
watak yang indah dan hukum yang indah, Aristoteles yang melihat keindahan
sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan, Plotinus yang berbicara
tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bisa pula disimak dari
apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang Yunani Kuna tentang buah pikiran
yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan seni, alam, moral atau
bahkan intelektual. Sementara itu keindahan dalam arti estetik murni menyangkut
pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserapnya. Dan keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih
sempit lagi yaitu hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap melalui
penglihatan, atau hanya berupa keindahan bentuk dan warna.
Dari pengelompokan diatas terdapat dua hal
yang dapat kita petik, yaitu :
1)
Keindahan menyangkut persoalan flisafati
2)
Keindahan sebagai pengertian mempunyai makna
yang relatif, yaitu sangat tergantunga pada subyeknya.
Menurut Iqbal seorang filosof, keindahan bersifat metafisis. Baginya,
keindahan adalah pencipta dan tujuan cinta. Keindahan adalah dorongan hidup
yang berdenyut di balik kehidupan dengan segala seginya, yaitu :
1.
Sebagai kualitas benda yang diciptakan oleh
ekspresi ego-ego mereka sendiri’
2.
Untuk memperoleh keindahan diperoleh dari
tenaga kehidupannya sendiri, bukan dari jiwa penanggap.
Iqbal menghubungkan keindahan dengan cinta yang pada akhirnya dia
menyimpulkan keindahan abadi adalah pencipta dan tujuan cinta. Sedangkan Plato
berpendapat bahwa Tuhan identik dengan keindahan dan keindahan Tuhan adalah
abadi. Keindahan abadi menurut Plato sendiri adalah sebagai sumber, esensi dan ideal sebagai
penyebab segala macam gerak.
Untuk mengetahui makna keindahan, kita bisa mulai dengan mencoba menemukan
ciri-ciri umum dari keindahan, baik yang ada pada sebuah benda ataupun semua
kualita. Keindahan merupakan perpaduan dari pengamatan pancaindera dan
batiniah. Konsep keindahan adalah abstrak dan tidak dapat berkomunikasi sebelum
diberi bentuk, konsep keindahan dapat berkomunikasi dengan penciptannya sendiri
setelah ada bentuk yang diberikan oleh imajinasi.
Dalam membicarakan manusia dan Tuhannya, kita tidak luput
dari kata-kata indah. Misalnya Tuhan memiliki norma-norma yang indah (QS. 7:
180; 17: 110; 20: 8). Manusia diciptakan paling indah (QS. 64: 3). Ajaran Tuhan
adalah indah (QS. 39: 55). Al-Qur’an mengandung berita-berita paling indah (QS.
12: 3). Kata indah digunakan juga untuk persatuan orang-orang beriman, para
nabi, orang-orang yang dengan tulus mencintai kebenaran, orang-orang yang
menyaksikan agama dalam kata dan perbuatan, dan orang-orang yang saleh
merupakan persahabatan yang sangat indah. Dapat disimpulkan bahwa keindahan
memiliki dimensi interaksi yang sangat luas, baik untuk hubungan manusia dengan
benda, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dan Tuhannya ataupun
bagi manusia itu sendiri yang melakukan interaksi.
- Manusia dan Keindahan
Akal budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki
oleh makhluk yang lain. Oleh karena itu manusia memiliki kehendak dan keinginan
yang berbeda dengan hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Jika
manusia kehendak dan keinginannya timbul dari akal dan budi, namun jika hewan
bersumber dari naluri.
Kehendak dan keinginan manusia itu tak terbatas. Tetapi
jika dilihat dari tujuannya, satu hal yang sudah pasti yakni untuk menciptakan
kehidupan yang menyenangkan,yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain
hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka keindahan merupakan dambaan
setiap manusia, karena dengan keindahanmanusia merasa nyaman hidupnya.
Jika berkaca dari dari penjabaran diatas maka keindahan
dapat dilihat dari dua hal, yaitu keindahan yang bersifat jasmani dan keindahan
yang bersifat rohani. Keindahan yang bersifat jasmania adalah keindahan yang
dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” indra manusia; baik indra penglihat ataupun
indra pendengar. Lalu keindahan yang bersifat rohani ialah keindahan yang dapat
“menyenangkan” atau “memuaskan” batin manusia. Tetapi memang secara material
keduanya dapat dibedakan namun secara esensial keduanya tidak dapat dipisahkan
karena pada akhirnya “unsur kemanusiaan” itu yang harus menjadi penentuannya.
Contohnya : lukisan yang secara lahiriah menyenangkan tetapi jika batin manusia
menolaknya karena lukisan itu dapat merusak kemanusiaan manusia, maka lukisan
itu tidak berhak dikatakan indah.
Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu
dengan yang lain itu tidak sama. Sebab persepsi manusia terhadap keindahan
sangat ditentukan oleh daya pengerak yang menjadi sumber timbulnya kehendak dan
keinginan terhadap keindahan itu sendiri. Keindahan yang muncul dari akal dan
budi maka itulan keindahan yang sebenarnya namun jika keindahan itu munculnya
dari nafsu maka itulah keindahan semu.
Bicara tentang keindahan tak lepas dari pengertian
obyektif dan subyektif, artinya ada keindahan obyektif dan subektif. Keindahan
obyektif ada pada sesuatu benda atau barang, sifatnya abadi dan universal
selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan yang abadi tidak
terkait oleh waktu dan perkembangan mode. Disenangi atau tidak tergantng pada
asas kegunaan (manfaat) lahriah atau yang bersifat material.
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada sekera
perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda bagi
masing-masing individu artinya sebuah benda sangat berguna bagi seseorang namun
bagi orang lain belum tentu berguna.
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, manakala
segumpal daging itu baik maka akan baik jasad manusia itu seluruhnya namun jika
segumpal daging itu tidak baik maka akan menjadi tiidak baik jasad manusia itu
seluruhnya. Segumpal darah yang dimaksud adalah hati[5].
BAB II
KESIMPULAN
Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan
sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam
semsta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu
kapan, dimana, dan siapa dapat menikmati keindahan.
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu
kualitas yang abstrak dan sebagai sebuah benda yang indah, untuk membedakan
keduannya dalam bahasa inggris sering digunakan istilah “beauty” (keindahan)
dan “The beautiful”(benda atau hal yang indah).
Iqbal menghubungkan keindahan dengan cinta yang pada akhirnya dia
menyimpulkan keindahan abadi adalah pencipta dan tujuan cinta. Sedangkan Plato
berpendapat bahwa Tuhan identik dengan keindahan dan keindahan Tuhan adalah
abadi. Keindahan abadi menurut Plato sendiri adalah sebagai sumber, esensi dan ideal sebagai
penyebab segala macam gerak
Dari pengertian yang berbeda-beda dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya
keindahan itu adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu
hal. Dan kualitas yang paling sering di sebut adalah kesatuan, keseimbangan,
dan kebalikan.
Akal budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk yang
lain. Oleh karena itu manusia memiliki kehendak dan keinginan yang berbeda
dengan hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Jika manusia
kehendak dan keinginannya timbul dari akal dan budi, namun jika hewan bersumber
dari naluri
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, manakala segumpal daging itu
baik maka akan baik jasad manusia itu seluruhnya namun jika segumpal daging itu
tidak baik maka akan menjadi tiidak baik jasad manusia itu seluruhnya. Segumpal
darah yang dimaksud adalah hati. Hati itulah awal terciptanya akal dan budi
yang baik atau buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho, Djoko dkk,
Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013
[1]
Widagdho, Djoko dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),hal 61
[2]
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013
[3]
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013
[4]
Widagdho, Djoko dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),hal 68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar