Senin, 10 Juni 2013

manusia dan keindahan




MANUSIA DAN KEINDAHAN
BAB I
PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata indah baik itu hasil karya seni manusia maupun hasil dari ciptaan Tuhan. Misalnya seperti ukiran – ukiran, pahatan yang di hasilkan oleh para seniman, dan pemandangan, bentuk muka, dan suara yang merdu sebagai ciptaan tuhan. Tak dapat kita pungkiri keindahan akan selalu terikat dalam kehidupan manusia dan tidak akan dapat terpisahkan dengan kehidupan manusia. Baik oleh ruang maupun waktu, pasti keindahan akan selalu kita rasakan.
Keindahan bersifat umum atau universal. Dimana nilai–nilai  keindahan bersifat relatif bagi masyarakat, hal ini dikarenakan selera masing-masing orang berbeda-beda. Misalnya model baju pada fashion terbaru yang mungkin sedikit membuka aurat. Hal ini akan terlihat indah bagi orang-orang yang cinta akan mode fashion, namun sebaliknya bagi para ulama hal ini tidak indah karena memperlihatkan aurat yang melanggar syari’at agama.
Sebenarnya apa itu arti dari keindahan ? apa nilai dari sebuah keindahan (estetika) ? dan apakah alasan manusia menciptakan suatu keindahan ?
  1. Arti Keindahan
Bicara tentang keindahan mau tak mau kita harus menengok jauh kebelakang yaitu kejaman Yunani Kuna, abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah dipelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan)  dalam bahasa Inggris keindahan itu di terjemahkan dengan kata “beautiful”, perancis “beau”, itali dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.[1]
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak dan sebagai sebuah benda yang indah, untuk membedakan keduannya dalam bahasa inggris sering digunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “The beautiful”(benda atau hal yang indah).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok[2].
Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian :
1.      Keindahan dalam arti luas.
2.      keindahan dalam arti estetik murni.
3.      keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan pengelihatan.
The Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.
Platinus mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik disebutnya “symmetria” untuk keindahan berdasarkan pengelihatan (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan “harmonia” untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
-           Keindahan seni
-           Keindahan alam
-           Keindahan moral
-           Keindahan intelektual.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang di serapnya.
Keindahan dalam arti yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya  menyangkut benda-benda yang dapet diserap dengan pengelihatan, yakni merupakan keindahan bentuk dan warna.
Dari pengertian yang berbeda-beda ini dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya keindahan itu adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Dan kualitas yang paling sering di sebut adalah kesatuan, keseimbangan, dan kebalikan.
  1. Makna Keindahan
Keindahan atau estetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti merasakan to sense atau to percieve. Keindahan secara akademis sudah di kaji manusia sejak abad ke delapan belas, ketika para filsuf banyak tertarik untuk mengembangkan estetika, dan salah satu cabang dari filsafat yang dibicarakan adalah tentang keindahan.
 Berikut ini merupakan beberapa persepsi tentang keindahan  :[3]
1.      Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy).
2.      Keindahan adalah keseluruahan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their manual relations an in their relation to the whole (Baumgarten).
3.      Yang indah hanyalah yang baik. jika belum baik ciptaan itu belum indah. keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4.      Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan (Winchelmann).
5.      Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan, Jadi yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury).
6.      Keindahan adalah salah satu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).
7.      Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhius).
Dari beberapa persepsi diatas dapat kita kelompok-kelompokkan sesuai dengan kecenderungan ataupun arah dari pendapat-pendapat tersebut yaitu[4] :
1.      Pengelompokan  pengertian keindahan berdasar pada titik bijak atau landasannya. Dalam hal ini ada dua pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu subyek dan objek. Pertama, keindahan yang memang ada pada objeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Kedua disebut keindahan subyektif adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (subyek) tanpa dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan-kebutuhan pribadi si penghayat.
2.      Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya. Berdasarkan pengelompokan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah.
3.      Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas sempitnya. Berdasarkan pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas menurut The Liang Gie mengandung gagasan tentang kebaikan, Misalnya dari pemikiran Plato yang menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang indah, Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan, Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bisa pula disimak dari apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang Yunani Kuna tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan seni, alam, moral atau bahkan intelektual. Sementara itu keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Dan keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih sempit lagi yaitu hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap melalui penglihatan, atau hanya berupa keindahan bentuk dan warna.
Dari pengelompokan diatas terdapat dua hal yang dapat kita petik, yaitu :
1)      Keindahan menyangkut persoalan flisafati
2)      Keindahan sebagai pengertian mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantunga pada subyeknya.
Menurut Iqbal seorang filosof, keindahan bersifat metafisis. Baginya, keindahan adalah pencipta dan tujuan cinta. Keindahan adalah dorongan hidup yang berdenyut di balik kehidupan dengan segala seginya, yaitu  :
1.      Sebagai kualitas benda yang diciptakan oleh ekspresi ego-ego mereka sendiri’
2.      Untuk memperoleh keindahan diperoleh dari tenaga kehidupannya sendiri, bukan dari jiwa penanggap.
Iqbal menghubungkan keindahan dengan cinta yang pada akhirnya dia menyimpulkan keindahan abadi adalah pencipta dan tujuan cinta. Sedangkan Plato berpendapat bahwa Tuhan identik dengan keindahan dan keindahan Tuhan adalah abadi. Keindahan abadi menurut Plato sendiri adalah  sebagai sumber, esensi dan ideal sebagai penyebab segala macam gerak.
Untuk mengetahui makna keindahan, kita bisa mulai dengan mencoba menemukan ciri-ciri umum dari keindahan, baik yang ada pada sebuah benda ataupun semua kualita. Keindahan merupakan perpaduan dari pengamatan pancaindera dan batiniah. Konsep keindahan adalah abstrak dan tidak dapat berkomunikasi sebelum diberi bentuk, konsep keindahan dapat berkomunikasi dengan penciptannya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imajinasi.
Dalam membicarakan manusia dan Tuhannya, kita tidak luput dari kata-kata indah. Misalnya Tuhan memiliki norma-norma yang indah (QS. 7: 180; 17: 110; 20: 8). Manusia diciptakan paling indah (QS. 64: 3). Ajaran Tuhan adalah indah (QS. 39: 55). Al-Qur’an mengandung berita-berita paling indah (QS. 12: 3). Kata indah digunakan juga untuk persatuan orang-orang beriman, para nabi, orang-orang yang dengan tulus mencintai kebenaran, orang-orang yang menyaksikan agama dalam kata dan perbuatan, dan orang-orang yang saleh merupakan persahabatan yang sangat indah. Dapat disimpulkan bahwa keindahan memiliki dimensi interaksi yang sangat luas, baik untuk hubungan manusia dengan benda, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dan Tuhannya ataupun bagi manusia itu sendiri yang melakukan interaksi.
  1. Manusia dan Keindahan
Akal budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Oleh karena itu manusia memiliki kehendak dan keinginan yang berbeda dengan hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Jika manusia kehendak dan keinginannya timbul dari akal dan budi, namun jika hewan bersumber dari naluri.
Kehendak dan keinginan manusia itu tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal yang sudah pasti yakni untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan,yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka keindahan merupakan dambaan setiap manusia, karena dengan keindahanmanusia merasa nyaman hidupnya.
Jika berkaca dari dari penjabaran diatas maka keindahan dapat dilihat dari dua hal, yaitu keindahan yang bersifat jasmani dan keindahan yang bersifat rohani. Keindahan yang bersifat jasmania adalah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” indra manusia; baik indra penglihat ataupun indra pendengar. Lalu keindahan yang bersifat rohani ialah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” batin manusia. Tetapi memang secara material keduanya dapat dibedakan namun secara esensial keduanya tidak dapat dipisahkan karena pada akhirnya “unsur kemanusiaan” itu yang harus menjadi penentuannya. Contohnya : lukisan yang secara lahiriah menyenangkan tetapi jika batin manusia menolaknya karena lukisan itu dapat merusak kemanusiaan manusia, maka lukisan itu tidak berhak dikatakan indah.
Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain itu tidak sama. Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan oleh daya pengerak yang menjadi sumber timbulnya kehendak dan keinginan terhadap keindahan itu sendiri. Keindahan yang muncul dari akal dan budi maka itulan keindahan yang sebenarnya namun jika keindahan itu munculnya dari nafsu maka itulah keindahan semu.
Bicara tentang keindahan tak lepas dari pengertian obyektif dan subyektif, artinya ada keindahan obyektif dan subektif. Keindahan obyektif ada pada sesuatu benda atau barang, sifatnya abadi dan universal selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan yang abadi tidak terkait oleh waktu dan perkembangan mode. Disenangi atau tidak tergantng pada asas kegunaan (manfaat) lahriah atau yang bersifat material.
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada sekera perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda bagi masing-masing individu artinya sebuah benda sangat berguna bagi seseorang namun bagi orang lain belum tentu berguna.
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, manakala segumpal daging itu baik maka akan baik jasad manusia itu seluruhnya namun jika segumpal daging itu tidak baik maka akan menjadi tiidak baik jasad manusia itu seluruhnya. Segumpal darah yang dimaksud adalah hati[5].




BAB II
KESIMPULAN

Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semsta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa dapat menikmati keindahan.
Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak dan sebagai sebuah benda yang indah, untuk membedakan keduannya dalam bahasa inggris sering digunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “The beautiful”(benda atau hal yang indah).
Iqbal menghubungkan keindahan dengan cinta yang pada akhirnya dia menyimpulkan keindahan abadi adalah pencipta dan tujuan cinta. Sedangkan Plato berpendapat bahwa Tuhan identik dengan keindahan dan keindahan Tuhan adalah abadi. Keindahan abadi menurut Plato sendiri adalah  sebagai sumber, esensi dan ideal sebagai penyebab segala macam gerak
Dari pengertian yang berbeda-beda dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya keindahan itu adalah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Dan kualitas yang paling sering di sebut adalah kesatuan, keseimbangan, dan kebalikan.
Akal budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain. Oleh karena itu manusia memiliki kehendak dan keinginan yang berbeda dengan hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Jika manusia kehendak dan keinginannya timbul dari akal dan budi, namun jika hewan bersumber dari naluri
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, manakala segumpal daging itu baik maka akan baik jasad manusia itu seluruhnya namun jika segumpal daging itu tidak baik maka akan menjadi tiidak baik jasad manusia itu seluruhnya. Segumpal darah yang dimaksud adalah hati. Hati itulah awal terciptanya akal dan budi yang baik atau buruk.




DAFTAR PUSTAKA

Widagdho, Djoko dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),
http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013


[1] Widagdho, Djoko dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),hal 61
[2] http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013
[3] http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ diakses tanggal 3 Maret 2013
[4] Widagdho, Djoko dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara : 1988),hal 68
[5] Ibid,hal 80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar