BIMBINGAN KONSELING
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Manusia
diciptakan oleh Tuhan dibekali dengan potensi yang ada dalam dirinya untuk
dikembangkan menjadi sebuah kemampuan dan ketrampilan yang akan membawanya
kepada sebuah kebahagiaan hidup. Pendidikan merupakan jalan yang paling tepat
untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki manusia. Melalui pendidikan
peserta didik dibimbing untuk mengenali dirinya termasuk didalamnya potensi
yang dimiliki. Namun kenyataannya pendidikan belum bisa maksimal dalam menjadi
tempat berkembangnya potensi yang dimiliki peserta didik tersebut. Dalam rangka
optimalisasi peserta didik itulah bimbingan konseling diperlukan di setiap
lembaga pendidikan.
Bimbingan
dan konseling merupakan serangkaian layanan yang diberikan kepada seseorang
agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri, sehingga
mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.[1]
Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan mencakup empat bidang,
yaitu: bimbingan pribadi, sosial, akademik (belajar), dan karir. Kemudian yang
akan dibahas dalam makalah kali ini adalah mengenai binbingan pribadi sosial.
B. Rumusan
masalah
1.
Apa Pengertian
bimbingan konseling ?
2.
Apa Pengertian
bimbingan konseling pribadi sosial ?
3.
Apa Tujuan dan
ragam permasalahan pribadi sosial ?
4.
Bagaimana Strategi
dan teknik bimbingan konseling pribadi sosial ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
bimbingan konseling
1)
Pengertian
bimbingan
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
Bantuan itu didasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak
setiap individu untuk memilikh jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri
hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan
(diwarisi), tetapi harus dikembangkan. (jones, staffire & stewart, 1970)[2]
Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang “bimbingan”, berikut dikutipkan pengertian
bimbingan (guidance) menurut beberapa
sumber. Year Book of Education (1955)
menyatakan bahwa:
“guidance is a process of helping individual
through their own ffort to discover d develop their potentialisties both for
personal happiness and social usefulness.”
“Bimbingan
adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat” (Miller, dalam Jones,
1987)
Definisi tersebut lebih mengarah pada pelaksanaan
bimbingan di sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan tentang apa sebenarnya
bimbingan itu, yaitu:
a. Bimbingan
berarti bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang
memerlukannya. Jadi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah
tujuan yang sesuai dengan potensinya.
b. Bantuan
(bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan
kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu,
tetapi pada hakekatnya bantuan itu adalah untuk semua orang.
c. Bimbingan
merupakan suatu proses kontinyu.
d. Bimbingan
atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal
mungkin.
e. Bimbingan
diberikan agar individu dapat menyesuaikan diri secara harmonis dengan
lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam
penerapannya di sekolah, definisi-definisi tersebut di atas menuntut adanya
hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya
organisasi bimbingan di mana terdapat pembagian tugas, peranan dan
tanggungjawab yang tegas di antara para petugasnya;
b. Adanya
program yang jelas dan sistematis untuk: (1) melaksanakan penelitian yang
mendalam tentang diri siswa-siswa, (2) melaksanakan penelitian tentang
kesempatan atau peluang yang ada, misalnya: kesempatan pendidikan, kesempatan
pekerjaan, masalah yang berhubungan dengan human relations, dan sebagainya, (3)
kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan bimbingan dan konseling secara teratur.
c. Adanya
personil yang terlatih untuk melaksanakan program-program tersebut di atas, dan
dilibatkannya seluruh staf sekolah dalam pelaksanaan bimbingan; Adanya
fasilitas yang memadai, baik fisik mupun non fisik (suasana, sikap, dan
sebagainya);
d. Adanya
kerjasama yang sebaik-baikya antara sekolah dan keluarga, lembaga-lembaga di
masyarakat, baik pemerintah dan non pemerintah.
2)
Pengertian
konseling
Kata konseling (counseling) berasal dari kata
counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau
“bicara bersama”. Pengertian “bicara bersama” dalam hal ini adalah pembicaraan
konselor dengan seorang atau beberapa klien.[3]
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.[4]
Proses konseling pada dasarnya adalah usaha
menghidupkan dan mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang minimal secara
potensial ada dalam diri klien. Jika fungsi ini berjalan dengan baik diharapkan
dinamika hidup klien akan kembali berjalan dengan wajar mengarah kepada tujuan
yang positif.
B.
Pengertian
Bimbingan Konseling Pribadi Sosial
Kepribadian (personality) berasal dari kata person/
pribadi yang berarti orang seorangan; kedirian; individu; perseorangan;
perorangan. Kata pribadi dan kepribadian disamping untuk menunjukkan terhadap
individu seseorang yang berdiri sendiri terlepas dari individu yang lain,
biasannya selalu dikaitkan dengan pola-pola tingkah laku manusia yang
berhubungan dengan norma-norma tentang baik dan buruk. Dengan kata lain, kata
pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk menunjukkan adanya ciri-ciri khas
yang ada pada seseorang.[5]Jadi
siswa dilihat dari dimensi sebagai pribadi mempunyai potensi dan karakteristik
yang berbeda sehingga proses bimbingannya juga berbeda.
Selain
itu, siswa tidak hanya dilihat sebagai pribadi, tetapi juga sebagai makhluk sosial,
artinya sekolah sebagai lingkungan sekunder bagi siswa akan memungkinan
terjadinya berbagai transisi antar pribadi. Melalui proses sosialisasi, siswa-siswa
akan berada dalam satu lingkungan yang baru, baik itu dengan teman sebayanya
atau guru-gurunya. Dalam lingkungan ini, akan terjadi proses saling mewarnai,
saling identifikasi dan saling mempengaruhi antara siswa yang satu dengan yang
lainnya atau antara siswa dengan gurunya.
Sebagai
makhluk sosial, siswa memerlukan orang lain untuk bersama-sama (sharing), untuk
memberi perhatian (attention) dan untuk mendengar keluhan atau pandangan orang
lain (responsivity). Selain itu, siswa mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi
yaitu dorongan yang mencakup kebutuhan atau dorongan untuk setia kawan,
berpartisipasi dalam kelompok sebaya, mengerjakan sesuatu untuk kawan,
membentuk persahabatan baru, mencari kawan sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan
bersama-sama, akrab dengan kawan, menulis pengalaman persahabatan, dsb.
Kepribadian
tidak dapat dipahami secara terpisah dari latar sosial (masyarakat yang terdiri
dari orang-orang lain). Latar sosial merupakan dunia yang memberikan makna
kepada kepribadian. Tanpa dunia ini maka kepribadian tidak berarti apa-apa.
Latar sosial melengkapi tiang tempat kepribadian membentangkan jarring-jaring
ketegangannya. Dari pengalaman kita, kita tahu bahwa hal ini benar adanya,
karena kita semua menggunakan orang lain sebagai titik poros (pivot point).[6]
Bimbingan
pribadi adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk menemukan
dan mengembangkan diri pribadinya sehingga menjadi pribadi yang mantap dan
mandiri serta mampu mengoptimalkan potinsi yang dimiliki. Sedangkan bimbingan
sosial adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mengenali
lingkungannya sehingga dapa bersosialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
Departemen
Kesehatan (2005: www.depkes.com), mengemukakan pengertian istilah pribadi
sosial, yaitu setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologis maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap
individu.
Nurihsan
(2002: 21) menyatakan dengan jelas bahwa “ bimbingan dan konseling
pribadi-sosial adalah bimbingan dan konseling untuk membantu individu (siswa)
dalam memecahkan persoalan pribadi-sosial”. Lebih terinci dikemukakan
pengertian bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah layanan bimbingan dan
konseling untuk membantu siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, sehat
jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya secara bertanggung jawab.[7]
Bimbingan
dan konseling pribadi - sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang
seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dialami oleh siswa, dengan mempertimbangkan nilai (value),
keterampilan pengambilan keputusan untuk penyesuaian sosial yang memadai
sebagai suatu keterampilan hidup (life skills).
Berkaitan
dengan bimbingan pribadi sosial, pada intinya adalah membentuk pribadi yang
matang dan mandiri para siswa, dengan karakteristik sebagai berikut :
o
Pemahaman diri
(self understanding). Dalam hal ini, siswa dapat memahami dirinya sendiri akan
potensi yang dimiliknya serta permasalahan yang dihadapinya. Misalnya saja
dapat diajukan kepada siswa pertanyaan siapa saya (who am I?).
o
Penerimaan diri
(self acceptance - Qona’ah). Dalam hal ini, siswa hendaknya dapat menerima diri
apa adanya, potensi-potensi dan anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan
harapan siswa tersebut ataupun tidak (perbedaan antara ideal self dengan actual
self). Setelah dapat menerima dirinya, maka siswa akan mampu mengarahkan
dirinya (self direction) untuk akhirnya mampu untuk memperbaiki dan
mengembangkan dirinya (self improvement). Pada akhirnya siswa tersebut dapat
menyesuaikan diri (self adjustment) baik dengan dirinya maupun dengan tuntutan
lingkungan sosialnya.
C.
Tujuan
dan Ragam Bimbingan Konseling Pribadi Sosial
1) Tujuan
bimbingan konseling pribadi sosial
Berikut dikemukakan
tujuan bimbingan konseling pribadi-sosial agar peserta didik (siswa) dapat:
a) Memiliki
komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan
teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b) Memiliki
sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c) Memiliki
pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu
meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d) Memiliki
pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e) Memiliki
sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f) Memiliki
kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g) Bersikap
respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya.
h) Memiliki
rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau
kewajibannya.
i)
Memiliki
kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam
bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama
manusia.
j)
Memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam
diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k) Memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Memperhatikan
uraian mengenai tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, diatas, dapat dikemukakan pelaksanaan bimbingan dapat
dilihat minimal dari dua pihak, yaitu :
Ø Pihak
siswa
Berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya, diharapkan para siswa mampu mencapai :
·
Kebahagiaan
hidup pribadi di dunia dan akhirat kelak.
·
Peningkatan
pemahaman kesadaran terhadap diri sendiri dan lingkungannya yang meliputi
sekolah, keluarga dan masyarakat luas;
·
Pengembangan
kemampuan dan kualitas diri sebagai insan pribadi, sosial, dan insan ciptaan
Allah; dan
·
Peningkatan
kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah kehidupannya.
Ø Pihak
guru
Pelaksanaan bimbingan
dan konseling diharapkan para guru mampu mencapai :
·
Pengembangan
keharmonisan di dalam melaksanakan program belajar mengajar;
·
Keselarasan
kerja sama dengan, terutama dengan mereka yang memiliki masalah pribadi;
·
Kerja sama yang
lebih intensif dengan orang tua siswa dan masyarakat luas pada umumnya.[8]
2) Ragam
bimbingan konseling pribadi sosial
Ø Bimbingan
pribadi,secara lebih rinci materinya antara lain :
1. pemantapan
sikap dan kepribadian yang agamis dan mendekatkan diri pada Tuhan melalui
peningkatan IMTAQ. Agama menjadi kendali utama kehidupan.
2. Pemahaman
terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya serta pengembangannya secara
optimal.
3. Pemahaman
mengenai bakat dan minat yang dimiliki serta penyalurannya.
4. Pemahaman
mengenai kelebihan dari dirinya serta bagaimana pengembangannya.
5. Pemahaman
tentang kekurangan atau kelemahan yang dimiliki untuk diatasi.
6. Kemampuan
untuk mengambil keputusan serta mengarahkan diri untuk merealisasikannya.
7. Perencanaan
dan pelaksanaan hidup sehat, kreatif dan produktif.
Ø Uraian
bimbingan sosial ini lebih rincinnya sebagai berikut :
1. Pengembangan
kemampuan berkomunikasi, baik lisan dan tulisan.
2. Pengembangan
kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat.
3. Pengembangan
kemampuan bersosialisasi, baik dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.
4. Pengembangan
hubungan harmonis dengan teman sebaya.
5. Pemahaman
kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara konsisten dan
tanggung jawab.
6. Pemahaman
tentang hubungan deng lawan jenis,dan akibat yang ditimbulkannya.
7. Pemahaman
tentang hidup berkeluarga.[9]
Ragam
bimbingan pribadi dan sosial diatas apabila dikelompokkan ke dalam pencapaian
tugas perkembangan dan standar kompetensi kemandirian siswa sebagai berikut :
1. Landasan
hidup religius, mengangkut masalah sholat dan berdoa, belajar agama, keimanan
serta aktivitas beragama.
2. Landasan
perilaku etis, menyangkut masalah jujur, hormat kepada orang tua, sikap sopan
dan santun, serta ketertibandan kepatuhan.
3. Kematangan
emosional, mengangkut masalah kebebasan dalam mengemukakan pendapat, tidak
cemas, pengendalian emosi serta kemampuan menjaga stabilitas emosi.
4. Kematangan
intelektual, mengangkut masalah sikap kritis, sikap rasional, Kemampuan membela
hak pribadi serta kemampuan menilai.
5. Kesadaran
tanggung jawab, mengangkut masalah mawas diri, tanggung jawab atas tindakan
pribadi, partisipasi pada lingkungan serta disiplin.
6. Peran
sosial sebagai pria atau wanita, mengangkut masalah perbedaan pokok antara
laki-laki dan perempuan, peran sosial sesuai dengan jenis kelamin, tingkah laku
dan kegiatan sesuai dengan jenis kelamin, serta cita-cita sesuai jenis kelamin.
7. Penerimaan
diri dan pengembangannya, mengangkut masalah kondisi fisik, kondisi mental,
pengembangan cita-cita, serta pengembangan pribadi.
8. Kemandirian
perilaku ekonomis, mengangkut masalah upaya menghasilkan uang, sikap hemat dan
menabung, bekerja keras dan ulet, serta tidak mengharap pemberian orang.
9. Wawasan
persiapan karir , mengangkut masalah pemahaman jenis pekerjaan. Kesungguhan
belajar, upaya memahami keahlian serta perencanaan karir).
10. Kematangan
hubungan dengan teman sebaya, mengangkut masalah pemahaman tingkah laku orang
lain, kemampuan berempati, kerja sama, serta kemampuan hubungan sosial.
11. Persiapan
diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.[10]
D.
Jenis
layanan dan teknik bimbingan pribadi sosial
1) Jenis Layanan dan Struktur Bimbingan
Struktur
program bimbingan perkembangan yang komprehensif terdiri atas empat komponen;
a) Layanan
Dasar Bimbingan: Yaitu layanan umum yang diperuntukkan bagi semua siswa.
Layanan terarah pada pengembangan perilaku atau kompetensi yang harus dikuasai siswa
dengan tugas perkembangannya. Tujuan layanan dasar bimbingan adalah membantu
seluruh siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan. Komponen
ini merupakan landasan bagi program bimbingan perkembangan.
b)
Layanan
Responsif: Yaitu layanan yang diarahkan untuk membantu siswa mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu. Oleh karena itu, layanan responsif
akan mengandung layanan-layanan yang bersifat penanganan krisis, remediatif dan
preventif. Tujuan komponen layanan responsif adalah mengintervensi
masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan
saat itu.
c)
Layanan
Perencanaan Individual. Yaitu layanan yang dimaksudkan untuk membantu siswa
mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pribadi sosial. Tujuan utama dari
komponen ini adalah untuk membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan
perkembangannya secara proaktif.
d)
Komponen
dukungan sistem. Yaitu komponen yang berkaitan dengan aspek manajerial yang
mencakup antara lain pengembangan program, pengembangan staf, alokasi dana dan
fasilitas, kerja sama dengan orang tua dan sumber lainnya, riset dan
pengembangan.
2) teknik bimbingan pribadi sosial

·
Konseling
individual : Konseling individual adalah merupakan bantuan yang sifatnya
terapeutik yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku murid.
·
Konsultasi :
sebagai
suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator,
dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
membatasi efektivitas siswa atau sekolah.
·
Nasihat :
merupakan anjuran yang ditujukan untuk memperbaiki atau mengembangkan
·
Bimbingan
kelompok : Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah
atau kesulitan pada diri murid.
·
Konseling
kelompok :
·
Pengajaran
remedial : dengan adanya remedi merupakan diagnose terhadap permasalahan yang
dihadapi
·
Mengajar nuansa
bimbingan: proses mengajar dengan pendekatan bimbingan.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien.
bimbingan dan
konseling pribadi-sosial adalah bimbingan dan konseling untuk membantu individu
(siswa) dalam memecahkan persoalan pribadi-sosial”. bimbingan pribadi sosial,
pada intinya adalah membentuk pribadi yang matang dan mandiri para siswa.
Tujuan
bimbingan pribadi sosial adalah memiliki komitmen, sikap toleransi, pemahaman
tentang irama kehidupan, pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
memiliki sikap positif , memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan, bersikap
respek terhadap orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, kemampuan
berinteraksi sosial, kemampuan dalam menyelesaikan konflik, mengambil keputusan
secara efektif.
Jenis
layanan: Jenis Layanan dan Struktur Bimbingan, layanan
dasar bimbingan, layanan responsive, layanan perencanaan individual, komponen
dukungan sistem. Sedangkan tekniknya adalah: konseling individual, konsultasi,
nasihat, bimbingan kelompok, konseling kelompok, pengajaran remedial, mengajar
nuansa bimbingan,
DAFTAR
PUSTAKA
Asep Suryana & Suryadi, Modul Bimbingan dan Konseling,(Jakarta:Kementrian
Agama Republik Indonesia, 2012)
Hibana S. Rahman, Bimbingan dan Konseling Pola 17, (Yogyakarta: UCY Press, 2003)
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang,
2006)
Prayitno & Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta:Rineka Cipta,2008)
Rollo
may, Seni Konseling, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2003)
Tim PKTQ, Panduan Pengembangan Kepribadian dan
Tahsinul Qur'an, (Yogyakarta: PKTQ, 2012)
[1]
Hibana S. Rahman, Bimbingan dan Konseling
Pola 17, (Yogyakarta: UCY Press, 2003), hal.13
[2]
Prayitno & Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, (Jakarta:Rineka
Cipta,2008), hal.95
[3]
Latipun, Psikologi Konseling,
(Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang, 2006), hal. 24
[4]
Ibid, hal.105
[5]
Tim PKTQ, Panduan
Pengembangan Kepribadian dan Tahsinul Qur'an, (Yogyakarta: PKTQ, 2012),
hlm. 65.
[6] Rollo
may, Seni Konseling, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2003), Hal.28
[7] Asep
Suryana & Suryadi, Modul Bimbingan dan Konseling,(Jakarta:Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hal. 93
[8]
Ibid, hal.102
[9] Hibana
S. Rahman, Bimbingan dan Konseling Pola
17, (Yogyakarta: UCY Press, 2003), hal. 41
[10]
Asep suryana, modul bimbingan…,
hal.106
[11]
Ibid, hal.121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar